Candi Jago Malang, Reruntuhan Candi Dengan Relief Yang Mempesona

Candi Jago
Masih mengulas tentang peninggalan sejarah dari kerajaan Tumapel, atau yang kerap disebut dengan kerajaan singhasari. Tak bisa dipungkiri memang, jika kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok setelah mengalahkan kadiri ini sangat mengagumkan dan selalu mengundang rasa penasaran untuk mengikuti setiap jejak sejarahnya.

Salah satunya adalah peninggalan sejarah berupa candi yang dikenal dengan sebutan Candi Jago. Sebutan jago berasal dari sebuah bahasa sanskerta “Jajaghu” yang merupakan nama asli dari candi tersebut. Jajaghu sendiri mempunyai arti keagungan dimana bisa diartikan jika bangunan ini adalah tempat yang agung dan dianggap suci pada masa itu.

Candi Jago
Menurut catatan kitab Negarakertagama dan Paraton, candi jago ini dibangun pada era Prabu Kertanegara untuk menghormati ayahandanya Raja Singhasari yang ke 4 yakni Prabu Sri jaya Wisnuwardhana. Dengan perkiraan pembangunan dari tahun 1268 Masehi hingga 1280 Masehi.

Candi dengan ukuran luas 23 x 14 meter ini memiliki bentuk dasar persegi empat dan mempunyai tiga lantai khas bangunan punden berundak dimana ketinggian totalnya diperkirakan mencapai kisaran 15 meter jika dipugar secara sempurna. Namun sayangnya candi ini belum sempurna dipugar sampai saat ini sehingga hanya menampakkan ketinggian sekitar 10 meter saja.

Candi yang masih berwujud setengah reruntuhan ini ditemukan pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1834 dengan kondisi yang cukup memprihatinkan yakni termakan oleh akar-akar dari pohon beringin yang tumbuh dilokasi candi. Pohon beringin biasanya memang ditanam disekitar candi sebagai simbol penanda pada waktu itu.
Candi Jago Relief

Bagian ruang pemujaan candi jago sendiri rusak berat atau bahkan lebih tepatnya bisa dikatakan hilang dan hanya menyisakan bagian gapura masuk saja. Hal ini dikarenakan candi jago pernah tersambar petir sehingga mengalami rusak parah pada bagian ujung dari candi ini.

Satu hal yang membuat candi ini sangat mempesona dan layak dikunjungi adalah pada bagian panel-panel relief yang memenuhi hampir setiap dinding candi mulai dari bagian bawah hingga bagian atasnya. Bisa dikatakan hampir setiap dinding candi ini tidak ada bagian yang kosong dari pahatan relief.
Candi jago Relief
Cerita yang terkandung dalam relief-relief ini pun beraneka ragam, ada cerita Tantri Kamandaka dan cerita dari Kunjakarna yang terpahat rapi pada dinding bagian bawah candi. Pada dinding di tingkat kedua terdapat pahatan cerita Pratayajna dan Arjuna Wiwaha yang merupakan petikan dari kisah Mahabarata dalam ajaran agama hindu. Sedang untuk lantai tiga dinding candi dipenuhi oleh lanjutan cerita dari Arjuna wiwaha. Serta pula cerita tentang Krisna dan Kalawayana yang hampir memenuhi setiap dinding pada tubuh candi jago.

Reruntuhan Candi jago
Dibagian depan candi terdapat pahatan bunga teratai raksasa dan juga arca Amoghapasa berlengan enam dengan kondisi wajah yang sudah rusak. Patung Amoghapasa ini merupakan perwujudan lambang welas asih dalam kepercayaan agama Budha mahayana.

Selain itu ada juga tiga buah pahatan muka kala raksasa, dua pahatan berada disamping arca sedang yang satunya berada tidak jauh dari arca ini. Wajah muka kala ini adalah simbol penjaga candi dari ganguan mahluk jahat, salah satu ciri khas Candi Jawa Timur yang mayoritas pada saat itu sebagai penganut ajaran Hindu Siwa.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Candi Jago Malang, Reruntuhan Candi Dengan Relief Yang Mempesona"

Post a Comment