Gunung welirang Secuil Kemegahan Sang Mahameru
Sore itu selepas hujan reda kabut mulai terangkat perlahan seakan menyibak pekat dan tebalnya yang menutupi indah pemandangan. Selepas berendam di hangatnya kolam cangar aku pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Cuaca yang amat dingin serta rintik hujan yang jatuh menghujam kepala terasa sangat nyilu saat menembus pori-pori kulit rambut. Tak membuang waktu aku beserta keluarga segera bergegas dan menyiapkan kendaraan untuk menaiki tanjakan jalan pulang.
Kabut yang kini sudah mulai hilang ternyata memunculkan sebuah pemandangan yang sangat megah dari sebuah gunung vulkanik. Welirang kata saudaraku yang memang sudah sangat hafal dengan daerah itu. Nama itu memang tak asing di telingaku, namun baru pertama kali ini ku lihat dari jarak yang cukup lumayan dekat.
Pemandangan yang disuguhkan welirang sore itu nampak sangat mempesona, gumpalan kabut yang naik berpadu dengan asap belerang dari kawah aktifnya. Warna kuning belerang yang menyatu dengan hijau pepohonan juga semakin menambah keserasian warna yang tercipta.
Momen ini pun tak ku lewatkan begitu saja, perlahan kami berhenti lalu mencari lokasi yang sekira nyaman untuk berfoto selfi di bawah kaki gunung aktif ini. Gunung welirang ternyata mempunyai sejarah yang sangat kental dengan agama hindu pada zaman dahulu.
Berawal dari proses perpindahan sebuah gunung yang di anggap sebagai puncak para dewa dewi dalam agama hindu yakni Mahameru, atau yang kini lebih dikenal dengan gunung Semeru. Proses perpindahannya dari negeri India menuju Pulau jawa ini nampak membuat sang Mahameru menjatuhkan beberapa bagian tanahnya sehingga membentuk gunung-gunung kecil yang berada di sekitar wilayah kota Malang, dan welirang adalah salah satunya.
Tertulis di sebuah sastra kuno tentang proses pengankatan sang Mahameru : Col andap kulwan, maluhur wetan ikang nusa jawa; yata pinupak sang hyang mahameru, pinalih mangetan. Tunggak nira hana kari kulwan; matangnyan hana argga kelaça ngarannya mangke, tunggak sang hyang mahameru nguni kacaritanya. Pucak nira pinalih mangetan, pinuter kinembulan dening dewata kabeh; runtuh teka sang hyang mahameru. Kunong tambe ning lemah runtuh matmahan gunung katong; kaping rwaning lmah runtuh matmahan gunung wilis; kaping tiganing lmah runtuh matmahan gunung kampud; kaping pat ing lmah runtuh matmahan gunung kawi; kaping limaning lmah runtuh matmahan gunung arjuna; kaping nem ing lmah runtuh matmahan gunung kumukus (Pigeaud, 1924).
Yang berarti : Turun di sebelah barat, kemudian dipindah ke sebelah timur pulau Jawa, dibawalah gunung Sang Hyang Mahameru menuju timur, sebagian tanahnya tertinggal di sepanjang perjalanan. Oleh karenanya terbentuklah sebuah gunung yang bernama Kailaca. Mengenai gunung Mahameru, seperti inilah kisahnya. Para dewa membawa puncak Mahameru dari barat menuju timur, tanahnya berjatuhan dalam perjalanan. Tanah pertama membentuk gunung Katong, tanah kedua membentuk gunung Wilis, tanah ketiga membentuk gunung Kampud, tanah kelima membentuk gunung Arjuno dan tanah keenam membentuk gunung Kamukus.
Pastinya bukan suatu kebetuan belaka jika Mahameru tercecer jatuh hingga membentuk gugusan gunung gunung yang indah. Welirang, Wilis, Arjuno dan gunung lainnya yang tercipta dalam proses pengangkatan Mahameru seakan memang menjadi pelengkap keindahan di jagad mayapada ini.
0 Response to "Gunung welirang Secuil Kemegahan Sang Mahameru"
Post a Comment