Padasan Bejana Air Wudhu dan Filosofinya Bagi Kehidupan


Padasan : Sebuah gentong dari tanah liat yang di gunakan sebagai tempat wudhu tentu bukanlah hal asing namun mulai jarang di jumpai oleh generasi yang lahir di tahun Sembilan puluhan kebawah. Gentong yang selalu khas dengan banyaknya lumut yang menempel pada bagian bokongnya ini seakan menjadi sarana wajib untuk bersuci bagi tiap Surau atau Mushola di desa-desa.

Padasan sendiri sebenarnya hanya sebuah gentong tanah liat biasa, sama dengan gentong-gentong lain yang sering di manfaatkan untuk tempat air ataupun menyimpan hasil panen pada kala itu. Hanya saja gentong untuk padasan ini telah di modifikasi sedemikan rupa sehingga menjadi alat yang dapat memancurkan air untuk berwudhu.

Cara memodifikasi gentong untuk padasan ini bisa di bilang sangat simpel dan sederhana, cukup dengan membuat lubang kecil pada bagian bawah padasan lalu menambahkan sambungan selang pendek atau ujung botol bekas yang kemudian di lekatkan dengan semen atau tanah liat. Sedangkan untuk penutupnya padasan sering kali menggunakan sisa alas sandal jepit, kayu, atau sepet ( Kulit kelapa) yang dibentuk kerucut. Sayangnya pada alat penutup ini sering kali menimbulkan kebocoran kecil yang menyebabkan air pada padasan berkurang pada setiap jamnya.

Dari lumut yang menempel dan juga kebocoran kecil inilah kadang kita bisa melihat seberapa lama padasan ini di gunakan. Tetesan air yang terus menerus keluar dari padasan biasanya akan membentuk cekungan atau lobang pada batu yang berada di bawahnya. Dari peristiwa tetesan air padasan inilah kita juga belajar  tentang sebuah filosofi kehidupan.

Sebuah filosofi yang mengajarkan pada kita tentang pentinya arti sabar dan juga menyampaikan kebaikan pada sesama. Bahwa batu sekeras apapun  jika di tetesi air setiap hari maka akan berlubang juga. Sekeras apapun hati jika terus di nasehati dengan hal baik serta tutur kata yang lembut maka akan melunak juga.

Perkembangan padasan sebagai sarana untuk wudhu juga pernah mengalami modifikasi yang cukup modern yakni dengan langsung menyambungkan keran air ke dalam bejana padasan. Hal ini pun ternyata memang cukup efektif karena kerana air lebih rapat dan tidak menyebabkan bocor sehingga air di dalam padasan lebih hemat.

Mengingat nama padasan tentunya akan kembali mengingatkan masa kecil kita yang bisa di bilang sangat seru dan menyenangkan. Pastinya kita semua pernah punya kenangan menarik dengan si padasan ini, seperti saat mandi bareng teman teman di bawah pancuran padasan yang tentu harus saling bergantian menimba air di sumur untuk mengisi padasan.

Atau mungkin saat sedang haus sehabis bermain di surau, tanpa segan dan ragu kita minum air dari padasan sebagai pelepas dahaga. Tentu bagi yang pernah merasakan minum air dari padasan akan merasakan sensasi sendiri yang tidak kita dapat dari air minum botolan saat ini. Air yang berada dalam padasan memang terasa lebih sangat sejuk dan segar serta memiliki aroma khas.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan padasan sebagai bejana tempat air wudhu mulai di tinggalkan. Kemajuan zaman serta teknologi mulai perlahan  menggeser kedudukan sang primadona surau ini menjadi keran-keran air modern yang lebih efisien dalam memenuhi kebutuhan wudhu umat muslim. Meski begitu tidak sepenuhnya padasan ini di tinggalkan begitu saja, masih ada beberapa pondok pesantren, mushola atau masjid yang menggunakan padasan sebagai sarana untuk berwudhu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Padasan Bejana Air Wudhu dan Filosofinya Bagi Kehidupan"

Post a Comment